Sabtu, 07 Mei 2011


KAMUS BAHASA BREBESAN

Cemolet = Satengah mateng
Lacut = cangkem dobolan
Bajingan = Kusir pedati
Ciblon = kendangan banyu
Kantek = Pendek
Kendaga = Baskom
trungku= kutruk, di tor, anter, terus-terusan.
wingka= pecahan gendeng
talawengkar= wingka sing madan amba-amba
Stodan= stir banyu, pintu banyu
doplak= mobil open cap
blandong= pedati
PENGING : DILARUHI, DI TAHAN
SONDARI : PRING SING PENDAK ROS DI BOLONGI DIADEGNA NING SAWAH ENDAH MONI ANGGER KENANG ANGIN
ROKEL : KELOK-KELOK
MRUSA : MEMOHON
MBERUNG : MBELING, TABEL, MBALELO
Toler = pipa, selang
Keblek = Motor
Kojong = Ransum, jidangan makan
Senggot = alat anggo mindah banyu sing ingsor menduwur
Jolang = alat anggo njukut banyu sing sumur
besot = per gulung, per sing tenagane sebab kas digulung,
Drat= per tarik
Cemera = anak ketek
Ngendeleyeh = asal-asalan, males-malesan (ning pegaweyan)
Klebet = bendera
Jodang = tempat sing anggo pranti nggawa jajan sarahan penganten , bentuke kaya katil
Letes = Serius; berhasil.
Cemolet = Satengah mateng
Lacut = cangkem dobolan
Bajingan = Kusir pedati
Ciblon = kendangan banyu
Kantek = Pendek
Kendaga = Baskom
cempal: clemek, jarit cuwilan anggo nyekel panci/sangan panas
gemuk: pelumas
pinatu: setrika
blao: semen
gelu: bantale mayit
truktug: pyan, eternit
para: tempat go mbenahi barang sing posisine ngantung atao nempel ning goco
salang: tali pikulan
bleketepe: klasa/tiker sing digawe saka blarak/godong klapa
angkur: wesi/kayu sing dipasang malang ning bongkote tiang sing pungsine sebagé jangkar endah tiange aja gampang rubuh
ampil: kancing pacul
sentak: barang sing anggo nyetél manteng kendoné kulit kendang
jipro: rok, longdres
sleder: gagiyan
toing: aja, poma
aweh: olih
keminjal: berag hiperaktif
songgat: ketus
uleng: jambak
sembrah: ceroboh
bagea: nembe rasan
dum: mbagi, membagikan
ider: keliling
lingsa: endog tuma
kop: anak tuma
waton: pojoke amben
kondong: kamar
srongkah: turu jlalatan lamped: entek bersih
lekaus: korupsi, dipangan wong liya
gemet: lihat "lamped"
tlawungan = tali anggo meme jarit
blabar = tali sing dibentang ning tiang
tutus = tali sing di gawe saka pring tali
jetok = tali sing digawe saka pring ampel
bengkung = tali pinggang, cara saiki sabuk
Srinkah= jlalatan bae
karah= ali-ali garan bendo
garan= gagang
deklit= terpal, karpet
sengget= gantar anggo ngemet godong
senggot= alat anggo nawu banyu sing kali/sumur
sumeng : mriyang cilik
bujid : sungkanan adus
doplak : cikar, gerobag surung
lampar : gaul
trenjek : bal-balan sing laka wasit
olih otil : pengine menang dewek
gujih : medit
pergene: umpamane.
Sloto: anyama wlingi wadah mbako.
Klebet: Bendera.
Gento: Maling.
Dergama: dikaktor, sakarepe dewek
dluwang: kertas
cotom : topi, caping
beslah : sita, rampas
trumpah : sandal
serpu : sepatu
Sumeng : demam
sintru : tabet, sungil, akeh setane
siru : sendok sekang godong gedang, biasane anggo mangan bubur.
limpad : cerdas
kuminco : ketua RT /jaman jepang\
stoplat : stasiun sepur
tlompe : lengah, lalai,
ketriwal : ilang
desmit : sewa ulang
singgang : pari sing woh sing tebat babadan, pari woh sing tebat tukulan dami tebat kas di panen
Ampo = lemah sing dibakar, biasane anggo jamu mual wong meteng
kawul = korek saka watu sing di adu
wungkal = asahan, gerenda
sorog = anak kunci
cengkal = kancing sangka kayu dawa
rusbang = dipan kayu dawa anggo njagong
bakuten = dongene
blendok = getah garing
injen = as, sumbu, poros
blik = wesi tipis, seng
belik = sumur cetek
sompok = spiker, pengeras suara
ngaruara = lara nguling-nguling
kiyauna = boro-boro (didoloh mburi kata) ch: ngrewangi kiyauna=boro-boro ngrewangi
dayoh = tamu
tayoh = tahan, wis biasa
kebet = lembar
beruk = alat ukur volume isine 2 cumplung
bentong = tongkat
rojoh = alat sing anggo nutu kinang
lontop = alat anggo nyogok
pilis = jamu sing di tempel ning batuk
rut = tali
pusa = yasa, kontan
sragen = ancak, wadah piring
jodog = wong-wongan sawah
leka = kerak
sluku = njagong sikile dilempit
bedod = rokok
gendul = botol
kelun = rol, gulung
getem = ilek, meneng
suwuk = disembur dukun, tindakan medis anggo ngusir setan sing nyambet
kesambet = keranjingan jin
blagbag = papan tulis
dingklik = jengkok
blandong = aula
obrod = dianggo terus-menerus
orson = limun
lajo = derep ning liya desa
derep = panen pari
kurung = luruh pegaweyan ning liya desa (nginep)
wantu = di jogi, isi ulang, refill
mandao = laka angin
sidum = adem kalingan teduh
teduh = awan, mega
tuk = sumber banyu
kaprem = ilang laka kabar
ukon = kancing klambi saka emas
kogelan = utang janji
tlitian = utang-utangan barang
libotan = utang-utangan tenaga
trukah = modal awal
iga-iga = nyambud gawe gratisan
wilad = kulit pring
sutang = cacad sebelah, ilang sebelah

SEJARAH KOTA BREBES


Ada beberapa pendapat asal muasal nama Brebes. Yang pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang merembes,
Munculah kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami "verbastering" (perubahan) menjadi Brebes. Pendapat kedua mencoba menalikannya dengan peri masuknya agama Islam pada awal mulanya ke Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam bahasa daerah disebut disebut "berbes". Oleh karenanya muncullah kemudian nama Berbes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal muasal nama Brebes dari kata-kata "bara" dan "basah".
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada pula terdapat ceritera yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu:
Diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget = pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar. Yang pertama, yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 
1. Berasal dari nama-nama tanaman, 
2. Berasal dari nama-nama binatang, 
3. Berasal dari nama-nama benda tambang, 
4. Berasal dari nama-nama orang, 
5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain yang juga memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir berdasarkan keadaan tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita sebutkan antara lain nama-nama kota Blora di daerah Jawa Tengah dan Jember di Jawa Timur. Nama Blora telah muncul oleh keadaan tanah di kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang masih berupa rawa-rawa, sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang merupakan sebuah perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota Jember telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan dalam bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung air.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.